04.13
0
Saya dan seorang pakar ekonomi dari World Bank yang berasal dari Toronto, Canada sedang melakukan studi mengenai fenomena banyaknya ayam broiler (pedaging) yang diternakkan di daerah Ciamis - Jawa Barat.
Setelah berputar-putar melihat kandang-kandang ayam, sang konsultan dan saya mulai merasa lapar dan mulai berputar-putar mencari restoran yang ada di Ciamis. Tapi tampaknya tidak banyak pilihan. Sedangkan "stomach cannot wait". Jadi, ya sudah. Saya ajak saja untuk makan direstoran terbesar yang ada di kota ini.
Ternyata restoran ini hanya menjual sop, saja. Tak ada pilihan lain.
Ya, sudah. Kami pesan sop untuk kami berdua.
Diluar dugaan saya, dan terutama sang konsultan, sop yang disajikan enak sekali. Sampai sang konsultan nambah berkali-kali.
"Saya pikir, sop terenak itu hanya ada di Toronto, tetapi rupanya sop Ciamis ini benar-benar luar biasa".
Begitu penasarannya, sampai sang pelayan pun dipanggil sambil bisik-bisik.
"Ini sop kok enak sekali. Apa resepnya?"
Sang pelayan menggelengkan kepalanya. Enggan untuk menjawab. Sang konsultan - mulai faham. Mungkin diperlukan gambar Sudirman untuk membuka mulut yang terkunci. Selembar dua-puluh ribuan segera berpindah tangan.
"Apa resepnya?"
"Anu-anu ......" sang pelayan tetap ragu-ragu, walaupun uang dua puluh ribuan sudah masuk kantong. Sang Konsultan mulai jengkel. Ahirnya dua lembar 50ribuan segera diselipkan.
"Ini sop biasa pak"
"Sop apa?"
"Anu... pak. Sop ayam!"
"Ah... tak mungkin. Saya ini ahli ayam yang sudah keliling dunia! Pasti ada sesuatu yang dirahasiakan!"
"Benar pak. Ini daging ayam spesial. Pak"
"Apanya yang spesial?"sang konsultan mulai tidak sabar.
"Nganu .... pak. Ini rahasia keluarga yang turun temurun. Saya tak boleh menceritakannya."
Sang Konsultan semakin paham. Itu artinya, perlu tambahan pelicin.Dan angka seratus dengan gambar George Washington pun --- apa boleh buat-- berpindah tangan juga.
"Tapi Bapak jangan bilang sama siapapun. Sop ayam tadi ..." si pelayan sedikit ragu-ragu, menengok kiri kanan, kemudian berbisik " ... dicampur sedikit daging kuda".
"Sedikit? Berapa banyak? Kok bisa enak sekali sopnya?"
"Nganu...pak. Fifty-fifty!" dengan rasa bersalah si pelayan mengaku juga.
"Fifty-fifty? Maksudnya sekilo daging ayam dicampur dengan sekilo daging kuda?"
"Bukan, pak. Satu ekor ayam dan satu ekor kuda!"

ARTIKEL TERKAIT:

thumbnail Title: Fifty-fifty
Posted by:Unknown
Published :2007-09-27T04:13:00-07:00
Rating: 4.5
Reviewer: 7 Reviews
Fifty-fifty

0 komentar:

Posting Komentar

Komen yang menyertakan anchor link atau promosi, iklan dan sejenisnya akan admin hapus. Komennya harus lucu ya.....